Just be yourself occasionally wasnt as simple as people made it sound
Orang kalo ngomong sih enak banget. "Jadi diri sendiri aja".
Kalau itu diterapin 100% - pure our true self - kita bisa saling bunuh. Aku yakin bakal dipecat dari kerjaan sekarang dan ngga diakui sebagai anak lagi. Dan sebenarnya konsep ini tuh bisa mengkambing-hitamkan orang yang bisa beradaptasi. Dan parahnya sampai ngelabelin kalau mereka ini adalah manusia muka dua, yang tidak jujur dengan dirinya sendiri. Kaum munafik.
Aku yang udah biasa gonta ganti skin hanya untuk bisa fit in ini pun sering kali ngerasa bersalah dan mempertanyakan kebenaran atas diri sendiri. Apa iya aku menipu orang lain? Tapi kalau boleh milih, lebih baik ditipu daripada mereka harus liat betapa busuknya manusia kaya aku. Bahkan walaupun aku udah usaha mati-matian jadi orang yang 'baik', tenyata tetap aja versi orang lain aku masih jauh daripada itu.
Lingkungan yang suka maksa manusia jadi satu warna ini yang sebenarnya racun dan berbahaya banget. Masa kita dilarang untuk beda? Kepribadian manusia yang beragam ditolak mentah-mentah. Melenceng dikit bisa dihardik, ngga sesuai dikit bisa dianggap gila. Penuntutan jadi diri sendiri ini aku rasa cukup kontradiktif dengan konstruk sosial yang sudah terbentuk di lingkungan kita. Aku tetap ngga bisa jadi diriku apa adanya - aku yang sebenarnya. Dan mau gimanapun buruknya hari ini, aku tetap harus bisa senyum kalau ketemu orang. Mental kacau? Oh simpan saja dalam-dalam, dunia luar tidak perlu tau itu. Aku ngga bisa leluasa melampiaskan amarah tanpa dianggap emosian oleh orang-orang. Aku ngga bisa ngomong kasar ke orang yang emang udah jahat banget ke aku. Aku tetap ngga bisa ngebalas mereka. Padahal kalau kita memang harus jadi diri sendiri, sudah kuludahi wajah manusia picik itu dari dulu. Cuman ya aku lagi ngga mau jadi diri sendiri, soalnya aku tau betul apa yang mampu aku lakukan kalau memang harus menerapkan term itu.
Pak Goffman dulu pernah nulis kalau life is like a theater. Katanya kita udah punya peran masing-masing, yang suka ngga suka, harus kita lakoni selama kita hidup. Kita bahkan pake masker yang berbeda untuk tiap situasi dan kondisi. Dan ini tuh bukan berarti kita ngga jadi diri sendiri, tapi karena memang kita kaya gitu - terlatihnya untuk itu. "We wear those masks to make everyone comfortable"
Istilah jadi diri sendiri ini tuh selain susah diterapkan, ternyata juga susah untuk dibuktikan kebenarannya. Siapa yang bisa membuktikan dan punya hak untuk itu? Aku setuju kalau kita emang punya peran, entah skin apa yang kita pakai, bukan berarti itu mengurangi esensi kita sebagai makhluk hidup. Kita tetap akan jadi manusia pada umumnya. Seperti manusia ribuan tahun lalu, atau bahkan ratusan tahun yang akan datang.
Jadi diri sendiri atau adaptasi, sama-sama akan mati.
Kita ngga bisa untuk menerapkan motivasi jadi diri sendiri ketika lingkungan mengharapkan kita untuk posisi yang sudah ditetapkan. Melawan arus kalau ngga mati karena capek ya tenggelam hilang begitu aja. Dan jadi diri sendiri bukan cara untuk menjadi otentik, jadi dianggap gila sih - mungkin saja. Apalagi diri sendirinya kaya aku.
0 Komentar